Bawang Merah: Komoditas Strategis yang Menopang Nafas Ekonomi Petani Brebes

Bawang Merah: Komoditas Strategis Penopang Ekonomi Petani Brebes

Bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis nasional yang memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi. Pemerintah terus berupaya menjaga keseimbangan pasokan dan harga, mulai dari pemantauan harian terhadap produksi dan pergerakan harga, memperlancar distribusi logistik, hingga penyediaan sarana budidaya, pascapanen, dan fasilitas penyimpanan di berbagai sentra produksi.
Sebagai komoditas non-substitutif, bawang merah memiliki kontribusi besar terhadap tingkat inflasi nasional. Sebelum tahun 2017, harga bawang merah dikenal sangat fluktuatif, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan dan pergantian tahun. Namun, dalam dua tahun terakhir, stabilitas harga semakin baik, sehingga masyarakat kini bisa menikmati harga yang relatif lebih wajar.

🌱 Brebes, Lumbung Bawang Merah Nusantara
Kabupaten Brebes dikenal luas sebagai sentra utama bawang merah di Indonesia. Daerah ini menyumbang sekitar 30 persen dari total produksi nasional yang mencapai lebih dari 1,4 juta ton per tahun.

Petani Brebes dikenal ulet, pekerja keras, dan memiliki keterikatan yang kuat dengan tanaman bawang merah. Dalam kondisi apapun, mereka tetap menanam — menjadikan bawang merah bukan sekadar komoditas, tetapi bagian dari kehidupan dan identitas mereka.

Menurut Ikhwan, Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), pola tanam di Brebes bisa dilakukan dua hingga tiga kali dalam setahun, dengan satu kali pergiliran dengan padi.
“Petani Brebes bukan tipe petani musiman. Harga tinggi atau rendah, untung atau rugi, mereka tetap menanam. Itu sudah jadi kebiasaan turun-temurun,” jelas Ikhwan.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa semangat petani Brebes bahkan mendorong mereka melakukan ekspansi ke daerah lain, seperti Tegal, Majalengka, Pemalang, dan Kendal.
“Bahkan saat musim hujan, mereka berani menanam. Fluktuasi harga sudah dianggap hal biasa, karena itu bukan hanya terjadi pada bawang merah,” tambahnya.

💰 Harga Sempat Tertekan, Kini Berangsur Membaik

Pada bulan Januari hingga Februari, luas panen di Brebes mencapai sekitar 9.000 hektare. Panen besar-besaran ini sempat menekan harga di tingkat petani. Namun, belakangan harga mulai pulih naik dari Rp 8.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram.
“Di Pasar Induk Kramat Jati, harga sudah mencapai Rp 13.000 per kilogram. Kami yakin tren ini akan terus naik dalam waktu dekat,” ujar Ikhwan optimistis.
Pandangan serupa disampaikan oleh Juwari, Ketua Petani Champion Bawang Merah Indonesia.
“Kalau pun harga sedang turun, itu hanya sementara. Pedagang besar sebaiknya ikut membantu membeli hasil panen petani dan menyimpannya untuk dikeluarkan kembali sekitar bulan Maret hingga April,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama dengan industri pengolahan, serta mendorong BULOG dan Kemendag untuk membantu menyerap hasil panen petani dengan memanfaatkan fasilitas CAS (Controlled Atmosphere Storage).
“Kita semua harus bergerak bersama agar stok terjaga dan petani tetap diuntungkan,” tambahnya.

🌿 Petani Tetap Optimis, Bawang Merah Masih Menjanjikan

Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh. Ismail Wahab, menegaskan bahwa budidaya bawang merah masih memberikan keuntungan yang baik.
“Minat petani untuk menanam bawang merah tetap tinggi di berbagai daerah, termasuk di Brebes. Artinya, komoditas ini masih menguntungkan selama pola tanam dan teknik budidayanya diatur dengan baik,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah terus berperan aktif melalui bantuan benih, sarana produksi, fasilitas penyimpanan, kemitraan dengan industri, hingga penetapan harga acuan pembelian di tingkat petani.
“Saya yakin, usaha tani bawang merah akan tetap menjadi primadona karena secara umum masih memberikan keuntungan,” tutup Ismail.